Senin, 10 Oktober 2011

TRADISI LEBARAN DAN TREND "SAMPAH BARU"


Kini, petasan adalah salah satu kebutuhan primer untuk menyambut datangnya Hari Kemenangan Islam (lebaran). Hal tersebut sangat berdampak besar bagi produsen petasan untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda tanpa memikirkan dan bertanggung jawab penuh dengan apa yang mereka produksi. Di seluruh penjuru kota maupun desa, demam petasan memang belum ada obatnya, bahkan dikalangan pedesaanpun masyarakatnya gemar membuat petasan sendiri-sendiri dengan kreativitasnya. “Semakin besar suara petasan yang dihasilkan, akan semakin meriah pula suasana sekitar “, ujar salah seorang warga. Tetapi bagaimana dengan dampak yang diperoleh? Semakin banyak korban luka bakar, rumah hangus, dan petasan inilah penyumbang terbesar volume sampah di lingkungan sekitarnya. Petasan itu sendiri mengandung bahan belerang dan bahan kimia seperti ledakan percikan api yang berbahaya untuk bangunan dan kendaraan (bensin).
Di sisi lain, petasan adalah penyemarak karnaval untuk takbir lebaran. Hal ini juga tidak bisa di elakkan lagi, terlebih melihat masyarakat ekonomi menengah kebawah untuk mendapatkan penghasilan yang begitu drastis hingga ratusan ribu perhari hanya dengan menggulung kertas dan dengan adonan bahan kimia sebagai bahan peledaknya dengan berbagai macam jenis petasan antara lain tank baja yang bisa berjalan, petasan bantng, petasan asap, petasan air mancur, petasan kupu-kupu, petasan gangsing dan lain-lain.
Siapa yang harus disalahkan ketika semua siklus demam petasan tersebut terus berputar? Salah satu jawaban permasalahan ini adalah lingkungannya. Dimana dilihat dari segi limbah petasan adalah dengan menggunakan system 3 R (Reuse-Reduce-Recycle) sampah untuk salah satu bahan bakunya yaitu kertas. Kertas tersebut bisa di olah kembali untuk dijadikan suatu kreasi produk dalam negri seperti halnya bubur kertas dengan adonan kanji dan di bentuk diatas triplek bekas dengan susunan paku sesuai gambar yang akan di buat dan di warnai dengan cat semenarik mungkin. Usaha tersebut bisa mengajak masyarakat untuk mengurangi tingkat pengangguran setelah demam petasan usai. Jika ditinjau dari lingkungan produsen, demi ketentraman warga,diharapkan pembuatan petasan ini untuk meminimalisir zat kimia yang ada tanpa mengurangi kualitas petasan. Hal ini menjadi pandangan positif adanya petasan dengan tidak lagi mengkhawatirkan kerugian dari petasan dan tetap menjadi penyemarak hari kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar